Ekosistem merupakan suatu interaksi yang melibatkan makhluk hidup dan benda tak hidup di sekitarnya. Baik ekosistem alam seperti laut, sungai, danau, hutan, sabana, dan padang rumput, maupun ekosistem buatan manusia seperti taman, perumahan, perkotaan, dan lain sebagainya. Dengan demikian sebagai makhluk hidup manusia adalah bagian yang ikut berinteraksi terhadap ekosistem tersebut.

Melonjaknya populasi manusia yang menguasai berbagai penjuru ekosistem di permukaan bumi ini menyebabkan ekosistem alami mengalami pergeseran fungsi. Kegiatan produksi dan konsumsi yang dilakukan manusia menyebabkan ekosistem mengalami degradasi terhadap fungsi interaksi di dalamnya.

Pembangunan pabrik, kegiatan pertambangan, industri, pembangunan tempat tinggal, dan produksi aktif yang dilakukan manusia menyebabkan banyak menghasilkan limbah dan sampah yang dapat berakibat buruk bagi ekosistem. Kegiatan yang tidak terkontrol ini menyebabkan ekosistem alam menjadi rusak. Contoh sederhana adalah sampah yang dihasilkan dari sisa konsumsi manusia dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem itu sendiri.

Perlu diketahui bahwa sampah yang dihasilkan oleh manusia tidak selalu sampah organik, tetapi untuk zaman sekarang ini lebih banyak sampah anorganik yang sulit terurai oleh organisme seperti plastik, karet, kaca, bahan metal logam, dan lain sebagainya. Sampah-sampah ini memberikan dampak buruk berupak kerusakan ekositem yang menjadi tombak hidup dan penyedia sumber daya alam bagi manusia.

Rusaknya Ekosistem Perairan

Ekosistem perairan yang meliputi laut, danau, dan sungai saat ini sudah sangat memprihatinkan. Lihatlah beberapa sungai di kota besar, sampah mengumpul di setiap pinggir sungai, airnya berwarna gelap coklat atau hitam, bahkan cenderung kering ketika musim kemarau. Di sisi lain, pada ekosistem laut akan didapati gunungan sampah plastik yang menepi ke pantai terbawa oleh ombak.

Sampah-sampah tersebut menyebabkan banyak kerusakan bagi unsur-unsur yang terlibat dalam ekosistem. Kerusakan itu antara lain:

1. Air Bersih Semakin Berkurang

Perlu diketahui bahwa dalam ekosistem terdapat unsur benda tak hidup salah satunya adalah air. Sampah-sampah sisa konsumsi manusia yang dibuang di sumber-sumber air bersih akan menyebabkan air tidak layak lagi dikonsumsi. Air yang semula jernih menjadi berwarna dan berbau. Dalam ekosistem perairan tentu air menjadi kendali terhadap keseimbangan dalam ekosistem tersebut.

2. Berkurangnya Populasi Makhluk Hidup Perairan

Manusia tidak akan merasa nyaman tinggal di tempat yang kumuh karena banyak sampah. Tidak lain halnya dengan hewan dan tumbuhan. Ikan, udang, cumi-cumi, dan beberapa spesies air tentunya akan sangat tergantung dengan kondisi air tempat tinggalnya. Sampah yang banyak dibuang di perairan menyebabkan kondisi air menjadi tercemar dengan berbagai zat-zat kimia berbaha sehingga spesies makhluk hidup air tidak bisa bertahan hidup.

3. Rusaknya Terumbu Karang Di Laut

Sampah-sampah dengan kandungan zat kimia dapat berpengaruh terhadap kelestarian terumbu karang. Bagi hewan laut terumbu karang adalah habitat jutaan spesies ikan di laut. Zat-zat kimia dari sampah tersebut menyebabkan meningkatnya keasaman laut yang akan berdampak buruk bagi terumbu karang. Jika terumbu karang akhirnya rusak, maka lambat laun berbagai spesies ikan yang tergantung dengan terumbu karang akan sulit bertahan hidup melestarikan jenisnya.

4. Rusaknya Ekosistem Daratan

Ekosistem darat merupakan ekosistem yang penting bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Manusia menghabiskan waktunya untuk melakukan segala aktivitas di daratan. Sehingga jika ekosistem daratan rusak, tentunya akan membawa kerugian yang besar bagi manusia.

5. Hilangnya Kesuburan Tanah

Sampah anoraganik yang tidak bisa terurai oleh tanah menyebabkan tanah tercemar dan kehilangan kesuburannya. Dalam sebuah ekosistem darat, tanah merupakan unsur abiotik yang vital. Sampah-sampah yang tidak terurai tersebut memungkinkan terjadinya kerusakan struktur jaringan tanah. Akibatnya tanah akan sulit menyerap air dan menghambat dalam menghasilkan zat hara. Selain itu sampah-sampah anoragnik tidak bisa diuraikan oleh organisme pengurai di dalam tanah.

6. Banyaknya Pohon Yang Mati

Sampah yang telah merusak kesuburan tanah menyebabkan beberapa jenis tumbuhan tidak mendapatkan zat-zat yang diperlukan dari dalam tanah seperti beberapa unsur hara. Akibatnya pohon akan tumbuh tidak normal dan mati.

7. Hilangnya Sumber Air Tanah

Sampah telah menyebabkan tanah kehilangan beberapa struktur penting untuk menyerap dan menyimpan cadangan air. Dengan banyaknya sampah yang tidak terurai oleh tanah maka akan sulit ditemukan sumber air bersih di daratan. Dampak buruknya adalah ketika musim kemarau bisa terjadi kekeringan berkepanjangan. Dan ketika musim hujan akan terjadi banjir karena tanah tidak memiliki struktur jaringan yang dapat menyerap air dengan baik.

8. Populasi Organisme dalam Tanah Berkurang

Di dalam tanah terdapat berbagai macam organisme yang hidup untuk mengurai benda-benda yang masuk ke dalam tanah. Namun sampah yang tidak dapat diurai tersebut justru akan menyebabkan nasib sial bagi organsime di dalam tanah. Sampah sampah anorganik yang banyak mengandung zat kimia berbahaya akan mempengaruhi kelangsungan hidup organisme di dalam tanah.

9. Pencemaran Udara

Sampah yang dibuang tanpa pengelolaan yang baik akan menimbulkan bau tidak sedap. Bau ini tentunya akan menyatu dan terbang bersama angin. Bau tidak sedap dari sampah ini akan membuat siapa saja merasa tidak betah untuk tinggal di sekitar lingkungan tersebut.

Solusi Agar Sampah Tidak Merusak Ekosistem

Solusi yang paling penting adalah kembali kepada kesadaran masing-masing individu. Tidak dapat diingkari bahwa setiap manusia yang bernyawa pasti akan menghasilkan sampah.

Namun, kesadaran untuk menjaga kelestarian ekosistem dan mengetahui dampak buruk sampah bagi ekosistem maka akan menjadikan ekosistem tetap dalam kondisis yang baik. Solusi yang dapat dilakukan oleh setiap individu adalah dengan cara mengolah sampah organik maupun anorgani agar tidak merusak ekosistem.